Perjalanan Sukses Pengusaha dan PNS

| Senin, 14 Maret 2011
Dia adalah seorang pengusaha berdarah Toraja yang tumbuh dan besar di Kal-Tim, namanya Luther Kombong, selain pengusaha sukses, Luther termasuk tokoh daerah karena pernah duduk dikursi Dewan Perwakilan Daerah mewakili provinsi ini. Ia dikenal sebagai pengusaha unik. Luther sukses di bisnis perkebunan kelapa sawit, padahal jarang sekali atau bahkan hampir tak ada pengusaha lokal yang sukses di bisnis ini. Kebanyakan pengusaha lokal punya bisnis hak pengusahaan hutan (HPH).Di Kal-Tim terdapat beberapa perkebunan sawit, tapi semuanya milik perusahaan besar dari luar Kal-Tim, seperti Astra Agro Lestari, Lonsum, Sinarmas, dan lain-lain.

Yang menarik, Luther termasuk pengusaha terpandang di Kal-Tim yang memulai semuanya dari bawah. Setamat SMA, Luther tak bisa kuliah karena keterbatasan ekonominya, sehingga ia kemudian memutuskan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Kehutanan Kalimantan Timur. Ketika ia menjadi PNS, ia juga berusaha mencari kesibukan lain, yakni berbisnis kecil-kecilan, seperti usaha restoran, kantin, penyewaan kendaraan, hingga pernah menangani proyek pembangunan prasarana.

pada tahun 1986, Luther mengajukan surat pengunduran diri sebagai PNS. Namun oleh atasan dan rekan kerjanya ia masih ditahan-tahan dan disarankan agar mengambil cuti di luar tanggungan negara saja. Saran itu sempat ia ikuti, tapi kelanjutannya ia tetap memutuskan keluar dari PNS. Semenjak itu ia menjalankan bisnis kontraktor. Ia banyak membangun jalan untuk proyek-proyek transmigrasi dan juga sempat mengerjakan beberapa proyek pemerintah daerah pada masa awal bisnisnya. Akan tetapi dalam perjalanannya kemudian, ia tak berminat lagi mengerjakan proyek-proyek Pemda. Alasannya, urusannya terlalu bertele-tele dan sangat birokratis. Sejak itu ia tak tertarik lagi mengerjakan proyek-proyek pemerintah.

Belajar dari situ, Luther kemudian hanya bersedia bermitra dengan perusahaan swasta murni. Ia lalu dipercaya oleh sejumlah perusahaan besar semisal Sumalindo.Tak heran, bisnis kontraktornya tumbuh sangat pesat. Kendati begitu, sukses Luther tak serta-merta membuatnya puas. Ada kegelisahan dalam hatinya. Ia melihat bisnis kontraktor begitu tergantung pada pihak lain. Ia ingin bisnis yang long-term, bukan bisnis kontraktor. Pilihan yang ada di kepalanya adalah bisnis hotel, rumah sakit, sekolah, atau perkebunan. Namun, ia melihat, berbisnis hotel, rumah sakit dan sekolah di Kal-Tim waktu itu belum memungkinkan. Sementara bisnis tambang batu bara terlalu banyak unsur perjudiannya, sehingga ia kurang tertarik. Setelah menimbang banyak hal, ia memutuskan masuk ke bisnis perkebunan sawit.
Tahun 1998, ia sempat ditawari Departemen Kehutanan untuk memiliki izin HPH. Namun dengan tegas Luther mengatakan bahwa yang dia butuhkan adalah lokasi untuk perkebunan. Tentu saja langkah Luther ini lain dari kebanyakan pengusaha daerah yang lebih suka berbisnis HPH, karena tinggal tebang pohon dan cepat mendapatkan uang. Tahun 1998 itu Luther diberikan hak pemanfatan hutan untuk ditanami perkebunan kelapa sawit seluas 20 ribu hektare. Sejak itulah kiprah Luther di bisnis sawit terus bergulir. Tahun 1999, ia langsung menanam. Kebetulan sekali, waktu itu ia bisa memperoleh bibit bagus dari PT London Sumatera Plantation – yang saat itu gagal menanam karena didemo warga.

Untuk menggulirkan bisnis perkebunan sawit lewat bendera PT Dwimitra Lestari Jaya ini, Luther hanya mengandalkan modal sendiri.Kini bisnis sawit Luther terus berkembang. Konsesi perkebunan yang dipegangnya mencapai 35 ribu ha (di Sangkurilang dan Berau). Hanya saja, konsesi yang kedua (15 ribu ha) masih baru dan kini dikelola putra pertamanya. Dari kebun lamanya sudah 8 ribu ha yang tertanami, dan 3 ribu ha sudah berbuah (panen). Kebun sawitnya itu menyerap sekitar 1.600 tenaga kerja, yang sebagian pekerjanya didatangkan dari desa-desa miskin di Pulau Jawa. Di kebun sawit itu sendiri sudah terdapat pabrik pengolahan sawit dengan kapasitas 30 ton per jam, yang rencananya bakal ditingkatkan menjadi 60 ton per jam.

Langkah Luther tak berhenti di situ. Di lahan perkebunannya, ia juga mendirikan perusahaan kayu lapis (plywood) dan vinil skala sedang. Maklum untuk bisa melakukan penanaman, lebih dulu harus dilakukan pemotongan kayu hutan dengan ukuran diameter 20-30 cm. Agar tak ada kayu-kayu yang terbuang menjadi limbah, ia berpikir sebaiknya mendirikan pabrik pengolahan kayu. Ini juga sesuai dengan aturan pemerintah yang tak membolehkan dilakukan pemusnahan dengan cara pembakaran. Karena itu ia mendirikan PT Panca Karya Marga Bakti yang membuat kayu lapis dan sekarang mempekerjakan 400-an karyawan.

Dari perjalanan bisnisnya itu, Luther menyimpulkan bahwa sukses berbisnis membutuhkan lima prinsip, yakni: mau bekerja keras; punya keberanian (berani mengambil keputusan); jujur (agar meraih kepercayaan dari mitra); memelihara lingkungan; dan punya manajemen/administrasi yang baik. Soal jujur, contohnya, amat penting untuk mendapatkan kepercayaan orang. “Kalau sudah dipercaya orang berarti kami sudah menjadi orang kaya. Karena orang kalau sudah percaya akan berani meminjamkan barangnya atau uangnya kepada kami. Kalau kami tidak dipercaya maka hubungan itu akan putus,” tutur Luther yang kini lebih banyak menyerahkan operasional bisnisnya kepada anak pertamanya.

Kesimpulan yang dapat diambil :

Sukses berbisnis membutuhkan 5 prinsip penting :
-  - Kerja keras
-  - Punya keberanian
-  - Jujur
-  - Memelihara lingkungan
-  - Punya manajemen/administrasi yang baik


2 komentar:

{ VIRSENCOMPAQ } at: 1 Oktober 2012 pukul 01.27 mengatakan...

sangat inpiratif, kebetulan saya jg seorang PNS yg sedang mencoba terjun ke dunia usaha

{ Unknown } at: 9 September 2014 pukul 09.46 mengatakan...

makasih ya keren bgt ehehe peluang usaha sampingan untuk karyawan

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 Just Ratih Blogger Template by Dzignine